sumpah sang kelembai



"Sumpahan Batu Sang Kelembai"

Di lereng gunung berkabus tebal, tersembunyi sebuah desa purba bernama Ulu Damar. Penduduknya hidup tenang, bertani dan berburu, hinggalah suatu malam bulan hitam, seorang perempuan tua muncul di pinggir hutan. Wajahnya bengis, matanya bercahaya putih, rambutnya seperti akar menjalar, dan suaranya serak membawa angin sejuk mencengkam tulang.

Dia tidak meminta makanan, tidak meminta tempat berteduh. Hanya sepatah kata:
"Salam..."

Namun kata itu sahaja cukup untuk mengubah segalanya.

Orang pertama yang menyambutnya—seorang budak lelaki—terus kaku, lalu tubuhnya berubah menjadi batu. Panik mula melanda, namun setiap jeritan hanya mengundang sumpahan. Dalam sekelip mata, separuh desa menjadi batu—lelaki, wanita, anak kecil. Hanya yang sempat melarikan diri ke gua-gua dalam bukit terselamat.

Makhluk itu, Sang Kelembai, berdiri di tengah-tengah desa yang kini sunyi dan beku. Di sekelilingnya hanyalah arca batu yang dulu adalah manusia. Dengan senyuman kelam, dia berkata:
"Jangan disapa makhluk dari zaman sebelum waktu."

Sejak hari itu, tanah Ulu Damar ditinggalkan. Orang-orang tua masih berbisik—jika kau tersesat di hutan dan terdengar suara garau memberi salam, jangan sahut...


---


No comments: